Oleh Al-Ustadz Abu Muhammad Rijal, Lc Hafizhahullah
Ia memberitakan bahwa ia naik kapal bersama 30 orang dari kabilah Lakhm dan Judzam. Di tengah perjalanan, mereka di permainkan badai ombak hingga berada ditengah laut selama satu bulan. Hingga mereka pun terdampar di sebuah pulau di tengah tersebut. Saat tenggelam matahari, mereka duduk di perahu perahu kecil. Mereka memasuki pulau tersebut hingga menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku. Karena bulu yang sedemikian lebatnya, mereka tidak tahu mana qubul (bagian depan) mana dubur.”
Mereka pun berkata “Celaka, kamu ini apa?”
Ia menjawab “Aku adalah Al-Jassasah³.”
Mereka menjawab, “Apakah Al-Jassasah itu?”
Ia berkata, “Wahai kaum, pergilah kalian kepada seorang lelaki yang ada dalam rumah ibadah itu. sesungguhnya ia sangat merindukan kalian!”
Berkata Tamin, “Ketika ia menyebutkan kepada kami seorang laki-laki, kami menjadi khawatir kalau-kalau binatang itu ternyata setan. Kami pun bergerak melewatinya dengan cepat sehingga kami masuk ke tempat ibadah itu.”
“Ternyata di dalamnya ada orang paling besar yang pernah kami lihat. Ia terikat dengan ikatan paling kuat yang pernah kami ketahui. Kedua tangannya terikat dengan leher, antara dua lutut dan dua mata kaki terikat dengan besi.”
Kami bertanya kepadanya, “Celaka, kamu ini apa?”
Ia menjawab, “Kalian telah mampu mengetahui tentang aku, maka beritakan kepadaku siapa kalian ini.”
Rombongan Tamim menjawab, “Kami orang-orang Arab. Kami menaiki kapal, ternyata bertepatan mendapati laut sedang bergelombang luar biasa. Sehingga kami dipermainkan ombak selama satu bulan sampai terdampar di pulaumu ini. Kami pun naik perahu-perahu kecil memasuki pulau ini dan bertemu dengan binatang yang sangat lebat dan kaku rambutnya, tidak di ketahui mana qubul mana dubur karena lebat rambutnya. Kemudian kami bertanya, ‘Celaka kamu, kamu ini apa?’ Ia menjawab, ‘Aku adalah Al Jassasah.’ Kami pun bertanya, ‘Apa itu Jassasah?’ Ia malah berkata, ‘Wahai kaum, pergilah kalian kepada seorang lelaki yang ada dalam rumah ibadah itu. Sesungguhnya ia sangat merindukan kalian!’. Kami pun segera menuju kepadamu, kami khawatir kalau binatang itu ternyata setan.”
Lalu orang itu mengatakan, “Kabarkan kepadaku tentang pohon-pohon kurma di Baisan!”
Kami mengatakan, “Tentang apa engkau meminta beritanya?”
Dia berkata, “Aku bertanya kepada kalian tentang pohom kurma apakah masih berbuah.”
Kami menjawab, “Iya”
Ia mengatakan, “Sesungguhnya, hampir-hampir pohon itu tidak akan mengeluarkan buahnya.”
“Kabarkan pula kepadaku tentang danau Thabariyah?” Tanya orang ini.
Kami menjawab, “Tentang apa engkau meminta beritanya?”
“Apakah masih ada airnya?” Jawabnya.
Mereka menjawab, “Danau itu banyak airnya.”
Dia mengatakan, “Sesungguhnya hampir-hampir airnya akan hilang.”
“Kabarkan kepadaku air mata Zughar”
Mereka mengatakan, “Tentang apa engkau meminta beritanya?”
“Apakah di mata air itu masih ada airnya? Dan apakah penduduk masih bertani dengan memanfaatkan airnya?” Tanya orang itu.
Kami menjawab, “Iya, mata air itu deras airnya. Dan penduduk bertani dengannya.”
Ia berkata, “Kabarkan kepadaku tentang Nabi Ummiyyin, apa yang dia lakukan?”
Mereka menjawab, “Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yastrib (Madinah).”
Ia mengatakan, “Apakah orang-orang Arab memeranginya?”
Kami menjawab, “Ya.”
Ia mengatakan lagi, “Apa yang ia lakukan terhadap orang-orang Arab?”
Maka kami beritakan bahwa ia telah menang atas orang-orang Arab dan mereka taat kepadanya.
Ia mengatakan, ” Itu sudah terjadi?”
Kami katakan, “Ya.”
Ia mengatakan, “Sesungguhnya baik bagi mereka untuk taat kepadanya
.”
“Sekarang akan aku beritakan kepada kalian tentang diriku. Sesungguhnya aku adalah Al-Masih (Dajjal). Sebentar lagi aku di beri ijin untuk keluar, hingga aku keluar lalu berjalan di bumi dan tidak ku tinggalkan satu negeripun, kecuali aku akan memasukinya dalam waktu 40 malam. Kecuali Makkah dan Thaybah, keduanya haram bagiku. Setiap kali aku akan memasuki salah satu kota ini, malaikat menghadangku dengan pedang terhunus di tangan menghalangiku. Dan sesungguhnya pada tiap gang ada malaikat yang menjaganya.”
Fathimah mengatakan, maka Rasulallah صلى الله عليه و سلم bersabda sambil menusukkan tongkat di mimbar, “Inilah Thaybah, inilah Thaybah, inilah Thaybah -yakni kota Madinah-. Apakah aku telah beritahukan kalian tentang hal ini?” sambung Rasulallah صلى الله عليه و سلم.
Orang-orang menjawab, “Iya.”
Nabi صلى الله عليه و سلم berkata, “Sesungguhnya cerita Tamim menakjubkanku. Kisahnya sesuai dengan apa yang aku ceritakan kepada kalian tentang Dajjal, serta tentang Makah dan Madinah.”
Kemudian beliau صلى الله عليه و سلم bersabda:
أَلاَ إِنَّهُ فِي بَحْرِ الشَّأْمِ أَوْ بَحْرِ اليَمَنِ لاَ بَلْ
مِنْ قِبَلِ المَشْرِقِ مَا هُوَ مَنْ قِبَلِ المَشْرِقِ
مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ المَشْرِقِ مَا هُوَ وَأَوْمَأَ
بِيَدِهِإِلَى المَشْرِقِ
“Ketahuilah bahwa ia berada di lautan Syam atau lautan Yaman. Oh tidak! Bahkan dari arah timur! Tidak, dia dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur.” sembari beliau mengisyaratkan dengan tangan beliau ke arah timur.
Hadits Jassasah di riwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya: Kitabul Fitan Wa Asyratis Sa’ah Bab Qishashul Jassasah (4/2261 no. 2942)⁴.
Demikian pembaca, kisah nabawi yang penuh ibrah, mengisahkan perjalanan Tammin Ad-Dari yang menegangkan. Namun, perjalanan itu menjadi salah satu sebab dia mendapatkan hidayah.