Nasihat & Faedah

🔰 NASEHAT TERUNTUK PARA SANTRI 🔰 (BAGIAN 4)

Yang ketiga, sabar juga mencakup, bersabar ketika bermuamalah dengan teman-teman kita. Ini merupakan poin vital karena kalau tidak sabar, hal ini akan menghempaskan kita dari menuntut ilmu. Wajib bagi kita untuk sabar terhadap sikap dari teman-teman kita, misalkan didapati adanya sikap galak, tidak perduli atau kurang pengertian dari teman-teman kita maka kita harus sabar menghadapinya dan instrospeksi diri barangkali dalam diri kita ada sikap tersebut yang menyebabkan kita dijauhi teman.

Maka wajib bersabar dengan beranekaragaman sifat dan karakteristik teman, harus mampu menyesuaikan. Bekali diri-diri kita dengan sifat peka, saling memiliki, saling menghormati satu sama lainnya. Meskipun terhadap teman, maka tanamkan sifat saling menghormati, saling menghargai, saling peka, saling pengertian dan saling memahami, jangan yang diinginkan hanya dipahami namun tidak mau memahami.

Pokoknya saya begini, kamu harus sepakat dengan saya, maka tidak bisa seperti itu. Tetapi justru kita yang harus bisa memahami, menghormati, menghargai dan memuliakan orang lain sehingga dengannya kita dipahami, dimuliakan, dihormati dan dihargai oleh orang lain.

Jauhi dan buang sikap inginnya menang sendiri, karena tidak ada orang yang ingin berteman kepada orang yang maunya menang sendiri, tidak mau menghormati, memahami, menghargai dan memuliakan orang. Demikian terhadap orang yang maunya hanya diberi namun enggan untuk berbagi.

Allah azza wa jalla berfirman :

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ..

“Kami jadikan sebagian kalian dengan yang lainya itu fitnah ujian ..” (Al-Furqan : 20)

Apakah kira-kira kita akan sabar atau merajuk ketika kita diuji dengan teman yang mempunyai sikap tidak sabar atau sikap-sikap yang kurang baik lainnya ?.
a’tasbiruun ? bisakah kalian bersabar ketika diuji dengan sebagian yang lain ? demikian firman Allah azza wa jalla. Maka wajib bagi kita untuk bersabar dalam menghadapinya.

Kita dengan yang lainnya itu ujian, diuji, maka sabari. Dibandingkan dengan para Ulama dahulu kalau ingin membuktikan teman itu baik atau tidak pembuktiannya pada saat safar dalam perjalanan jauh, bagaimana sifat asli itu akan diketahui.

Jadi dalam lingkungan seperti ini harus terus diperhatikan, sikap saling mengenali, saling menyayangi karena Allah, saling membantu saling memuliakan, menghormati, yang kecil nenyayangi yang besar, yang besar menyayangi yang kecil, ada rezeki ada kelapangan saling berbagi, jangan untuk dirinya sendiri.

Seperti itu ikhwatifillah dalam pergaulan kehidupan bersama harus saling diisi dengan saling memahami, mengasihi, menghormati, insyaAllah hubungan satu sama lain itu akan baik tetapi kalau sifat-sifat ini tidak kita miliki, hidup dimanapun kita tidak akan betah, tidak akan punya teman kecuali yang sejenis yang sifat-sifatnya sama seperti itu, bahkan kerusakanya akan lebih besar ketika orang-orang yang sejenis, yang tidak punya sifat saling menghormati, saling menghargai itu bersatu.

Belum kesabaran-kesabaran yang lain, yang sudah kita sebutkan tadi, sabar dalam menghadapi makanan yang ada dan aturan-aturan ma’had. Demikian, kita semua harus berfikir panjang bahwa aturan ini dibuat demi kemaslahatan dan demi kebaikan kita, supaya kita menjadi orang yang baik. Bangun sebelum subuh misalnya, ini supaya kelak kita bisa menjadi seorang bapak atau seorang suami yang baik, pagi-pagi sudah bangun untuk mencari nafkah.

Jika bangun jam 8 misalkan, apa yang bisa ia lakukan ? Sedangkan yang kerja sudah masuk kerja akibatnya tidak ada yang membeli, maka hilang keberkahan rizki. Oleh karena itu terhadap Aturan-aturan yang ada di ma´had, kita harus berhusnudhon sabar dalam menjalankannya, itu semua dibuat untuk membentuk diri-diri kita menjadi baik, sebagaimana yang telah disampaikan.

Terlebih ketika kita nanti terjun ke medan dakwah. sebagai panutan (Qudwah), sosok yang ditiru, yang diikuti, tentunya kita harus menjadi sosok yang baik, dari pakaian penampilan, adab kepribadian dan yang lainnya, maka disinilah ditempat ma’had ilmu, kita dididik agar menjadi orang-orang yang baik, thayyib InsyaAllah.

Kalau kita menghadapi dengan perasaan yang ringan, lama kelamaan tidak akan terasa diatur, lama kelamaan tidak ada iqob, kemudian kalau kita renungkan adanua hukuman itu sebenarnya adalah karena ulah kita sendiri, kita dihukum karena apa? karena melanggar aturan melanggar. coba semisalnya kita tertib mematuhi aturan, tidak akan mungkin ada orang yang akan menghukum kita, siapa yang menghukum kita sementara kita menjalankan aturan-aturan dengan baik, tidak mungkin. maka tanamkan pada diri pribadi, bahwa saya adalah orang merdeka, saya orang yang tidak diatur, saya orang yang paham dan taat terhadap aturan, kalau orang yang paham dan taat aturan, ia tidak akan mungkin melanggar, karennya tidak akan mungkin didenda atau ia dihukum, kalaupun ia dihukum itu semua karena kesalah-kesalahannya yang terkadang kita terpeleset padanya, thayyib, itu sabar ikhwatifillah.

Sangat banyak beraneka ragam macamnya latihan untuk bisa meraih kesabaran Rasulullah shalallahu alaihi wasallam :

 “ومن يتصبر يصبره الله، ومن يستغن يغنه الله، وما أعطي أحد عطاء خيرًا وأوسع من الصبر”

“Barang siapa yang dia berupaya untuk sabar maka Allah berikan kesabaran padanya ..”

Kita harus terus melatih diri-diri kita, dipondok misalnya sabar dalam makan, sabar dalam tidur, sabar dalam uang saku, dan yang lainnya. Semua itu melatih kita untuk sabar sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Tidak ada pemberian yang lebih baik yang lebih berharga yang Allah berikan kepada kita melainkan ketika kita di berikan kesabaran.”

Yang Ketiga, yang kita harus perhatikan dalam menimba ilmu yaitu adab yang baik, iringi menuntut ilmu dengan ada yang baik, kesopanan yang baik dan norma-norma yang baik, yang tentunya itu semua diambil dari perjalanan hidup Rasulullahu shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana disebutkan oleh Aisyah radhiyallahu ta´ala anha :

كان خلقه القرآن

Rasul kita a’laihi shalallahu alaihi wassalam akhlaknya, perangainya, adabnya adalah Al-Qur’an, artinya beliau menerapkan apa-apa yang ada dalam Al-Qur’an di dalam kehidupannya, begitulah Rasul kita alaihi shalatu wassalam sehingga beliau dipuji oleh Allah subhanahu wa ta´ala :

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Engkau, wahai Muhammad diatas budi pekerti yang luhur yang mulia” (Al-Qolam : 4)

Demikianlah Rasul kita dan kitapun dituntut untuk seperti itu, terlebih sebagai penuntut ilmu yang kelak akan naik bertahap pada tahapan berikutnya. Maka adab dan akhlak itu, lebih-lebih ditekankan dan inipun sama dengan sikap sabar. beradab itu dilakukan saat bersama teman, akhlak yang baik dengan sesama teman, tidak mengucapkan ucapan-ucapan yang jelek, yang kotor, yang keji yang mungkin kalian pernah dengar dimasa lalu, hilangkan !. Jangan diamalkan disini, jangan di tularkan disini, ganti dengan ucapan-ucapan yang baik, ucapan-ucapan yang beradab, ucapan-ucapan yang berilmu, thayyib. Ucapan seperti elu, gue atau yang semisalnya maka harus dijauhi, apalagi dari perkataan-perkataan gaul, tholabul ilmi harus berbeda dengan orang biasa, harus adanya tamayyuz, antara penuntut ilmu dengan yang bukan. Maka seseorang wajib beradab yang baik terhadap teman-temannya, adab yang mulia, tidak menindas, tidak menyakiti, jangan sampai senang membuat teman nangis atau senang membuat teman merasa terpojokkan, Jangan !

Demikian pula beradab dengan Guru, kepada pengajar-pengajar yang mengajari kita, mereka yang membimbing dan mengarahkan kita maka wajib kita hormati dan muliakan sesuai dengan batasan-batasan syariat. InsyaAllah dengan itu kita akan mendapatkan ilmu yang banyak ketika kita mampu beradab dengan baik kepada guru-guru dan para pengajar-pengajar. Jangan kalian anggap sama pengajar atau guru-guru kita dengan diri-diri kita.

Demikian pula beradab dalam belajar, wajib bagi kita untuk adab yang baik dalam belajar, dalam mendengarkan ilmu, dalam duduk, dalam segala hal. Mengingat urgentnya hal ini insyaAllah akan kita pelajari mengenai adab-adab Islam, adab-adab yang penuh kebaikan.

Kemudian yang terakhir yang keempat, Wajib kita ingat dalam menimba ilmu yaitu mengamalkanya ilmu yang kita pelajari. Setelah kita landasi dengan keikhlasan, kesabaran, kemudian adab yang baik yang luhur dan yang mulia ketika kita menimbanya maka wajib bagi kita mengamalkan ilmu yang sudah kita pelajari.

Setelah kalian mengetahui bagaimana cara makan yang benar, berpakaian, adabnya tidur dan lain-lain maka ilmu yang kita dapat, amalkan dalam keseharian kalian, tampakkan, jangan sampai ilmu kita pelajari dan dipahami tetapi pengamalannya tidak ada alias nol, kosong ? Maka kerugianlah yang didapatkan.

Imam Jauzi rahimahullah berkata :

المسكين كل المسكين من ضاع عمره في علم لم يعمل به،

“Orang yang benar-benar miskin ialah orang-orang yang menyia-nyiakan umurnya dalam suatu ilmu yang tidak pernah ia amalkan”

Ilmunya atau umurnya habis tapi pengamalanya tidak ada, maka nol kosong.

Demikian pula Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

وما أحسن العلم يزينه العمل

“Betapa indahnya Ilmu itu, ketika ilmu itu dihiasi dengan pengamalan”

Lebih indah, lebih bagus, lebih tampak keilmuan yang ada pada seseorang ketika ilmu tersebut ada dalam pengamalanya, thayyib.

Semoga Allah subhanahu wa ta´ala memberikan taufik kepada kita semuaanya kemudahan dalam mempelajarinya dan mengamalkanya.

Wasallahu ´alaihi wasallam wa´ala alihi wasahbihi ajmaiin.

Tafadholu wabaarakallahufiykum.
*
📝Tim Redaksi
———————————————————
#Transkip_audio_ Nasehat teruntuk Para Santri
(Dengan penyuntingan kata tanpa mengurangi makna InsyaAllah)

Al Ustadz Abu Ubaidah Abdurrahman Hafizhahullah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.